Senin, 07 Desember 2015

Makna dan Filosofi Bunga Melati

Restu Yashinta Kinanti           2225141537
Makna dan Filosofi Bunga Melati

Abstrak


 






Makna penting Bunga Melati Putih dalam budaya Indonesia sudah dikenal sejak dahulu. Bunga Melati Putih dikenal sebagai Bunga Suci dalam tradisi Indonesia yang melambangkan kesucian, keanggunan yang sederhana, dan ketulusan. Bunga Melati Putih juga melambangkan keindahan dalam kesederhanaan dan kerendahan hati, dikarenakan meskipun Bunga Melati Putih ini kecil dan sederhana, tetapi wanginya harum semerbak. Bunga Melati Putih merupakan bunga yang paling penting dalam upacara pernikahan bagi berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
Bunga melati adalah melati. Yang selalu berwarna putih, suci tak ternodai. Memiliki makna yang amat kuat bagi negara ini. Melati adalah melati, melati yang tak pernah berdusta dengan apa yang ditampilkannya. Yang tak memiliki warna lain dibalik warna putihnya juga tak pernah menyimpan warna lain untuk berbagai
Pembahasan
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun. Melati merupakan genus dari semak dan tanaman merambat dalam keluarga zaitun (Oleaceae). Terdiri dari sekitar 200 spesies tumbuhan asli daerah beriklim tropis dan hangat dari Erusia, Australia dan Oseania. Melati secara luas dibudidayakan untuk aroma khas bunga mereka. Di Indonesia, salah satu jenis melati dijadikan sebagai “puspa bangsa” atau simbol nasional yaitu melati putih (Jasminum sambac).
Adapun ciri-ciri bunga melati, yaitu: 1) Jika dilihat dari bentuk daunnya, bunga melati mempunyai bentuk daun pinnatus atau majemuk dan menyirip; 2) daun bunga ini biasa tumbuh sebelah kiri dan kanan tangkai berbentuk seperti sirip ikan; 3)
 Bunga Melati Putih ditetapkan sebagai Puspa Bangsa, satu diantara tiga Bunga Nasional Indonesia.
Makna penting Bunga Melati Putih dalam budaya Indonesia sudah dikenal sejak dahulu. Bunga Melati Putih dikenal sebagai Bunga Suci dalam tradisi Indonesia yang melambangkan kesucian, keanggunan yang sederhana, dan ketulusan. Bunga Melati Putih juga melambangkan keindahan dalam kesederhanaan dan kerendahan hati, dikarenakan meskipun Bunga Melati Putih ini kecil dan sederhana, tetapi wanginya harum semerbak. Bunga Melati Putih merupakan bunga yang paling penting dalam upacara pernikahan bagi berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Kuncup Bunga Melati Putih yang belum sepenuhnya mekar biasanya dipetik, dikumpulkan dan dirangkai menjadi roncean Bunga Melati Putih. Pada hari pernikahan, pengantin adat Jawa atau Sunda dihiasi roncean Bunga Melati Putih yang membentuk jaring pembungkus konde, dan sebagian lainnya membentuk rantai rumit roncean melati yang menggantung pada kepala sang mempelai wanita. Bunga Melati Putih juga menghiasi keris sang mempelai pria, rangkaian ini disebut roncen usus-usus yang merujuk kepada bentuknya yang menyerupai usus dan dikaitkan dengan legenda Arya Penangsang. Pengantin Makassar dan Bugis juga menghiasi rambutnya dengan kuncup Bunga Melati Putih yang disematkan ke rambut menyerupai butiran mutiara. Melati juga sering dipakai sebagai bunga sesajen untuk hyang, arwah dan dewa-dewa, terutama oleh umat Hindu Bali, Bunga Melati Putih juga sering digunakan sebagai bunga taburan dalam upacara pemakaman atau ziarah makam.
Bunga Melati Putih memiliki makna luas dalam tradisi Indonesia. Bunga Melati Putih adalah bunga kehidupan, keindahan, dan pernikahan, akan tetapi seringkali dikaitkan dengan arwah orang yang telah wafat dan kematian. Dalam lagu dan puisi perjuangan Indonesia, gugurnya Bunga Melati Putih seringkali dijadikan perlambang gugurnya pahlawan yang berkorban demi bangsa dan negara. Makna ini sangat mirip dengan gugurnya bunga sakura dalam tradisi Jepang yang melambangkan gugurnya para pejuang. Lagu patriotik “Melati di Tapal Batas” (1947) karya Ismail Marzuki dan “Melati Suci” (1974) karya Guruh Sukarnoputra menggambarkan melati sebagai pahlawan yang gugur di medan perjuangan, yang harumnya senantiasa hadir sebagai kusuma yang menghiasi Ibu Pertiwi. Lagu “Melati dari Jayagiri” karya Iwan Abdurachman mengibaratkan melati sebagai kecantikan seorang gadis suci dan cinta masa lalu yang telah hilang dan senantiasa dirindukan.
Lalu bagaimana dengan filosofi bunga melati?. Bunga melati adalah melati. Yang selalu berwarna putih, suci tak ternodai. Memiliki makna yang amat kuat bagi negara ini. Melati adalah melati, melati yang tak pernah berdusta dengan apa yang ditampilkannya. Yang tak memiliki warna lain dibalik warna putihnya juga tak pernah menyimpan warna lain untuk berbagai keadaannya baik panas, hujan, terik ataupun badai yang datang melati tetap putih. Kemanapun dan dimanapun ditemukan, melati akan tetap menjadi melati selalu putih. Melati. Pada debu ia tak marah, meski jutaan butir menghinggapinya hingga menutup warna kelopaknya.
Pada angin ia menyapa, berharap sepoinya membawa serta debu- debu itu agar ia tetap putih berseri. Karenanya, melati ikut bergoyang saat embusan angin menerpa. Kekanan ia ikut, ke kiri ia pun ikut. Namun melati tetap teguh pada pendiriannya, karena kemanapun ia mengikuti arah angin, ia akan segera kembali pada tangkainya. Yang seharusnya dapat di tiru oleh kita sebagai manusi. Dengan mengikuti arah kemana takdir dan nasib yang membawanya. Namun, sama halnya dengan melati yang tetap teguh pada pendirian yang akan kembali pada tangkainya meski tertiup keasana-kemari. Begitu pun manusia harus memiliki pendirian yang teguh selayaknya mrlati.
Melati. Pada hujan ia menangis agar tak terlihat matanya meneteskan air diantara ribuan air yang menghujani tubuhnya. Agar siapapun tak pernah melihatnya bersedih, karena saat hujan berhenti menyirami, bersamaan itu pula air dari sudut matanya yang bening itu tak lagi menetes. Sesungguhnya, ia senantiasa berharap hujan akan selalu datang, karena hanya hujan yang mau memahami setiap tetes air matanya. Bersama hujan ia bisa menangis sekeras-kerasnya untuk mengadu, saling menumpahkan air mata dan merasakan setiap kegetiran. Karena hanya hujan yang selama ini berempati terhadap semua rasa dan asanya. Pada hujan pula ia mendapati keteduhan, dengan airnya yang sejuk.
Melati. Pada tangkai ia bersandar agar tetap meneguhkan kedudukannya, memeluk erat setiap sayapnya, memberikan kekuatan dalam menjalani kewajibannya agar kelak, apapun cobaan yang datang, ia dengan sabar dan suka cita merasai, bahkan menikmatinya sebagai bagian dari cinta dan kasih Sang Pencipta.
Manusia pun sama halnya dengan melati, mempunyai tempat mengadu, tempat bersandar dari segala keluh dan kesahnya. Manusia akan menangis memperlihatkan kelemhannya pada orang ia cintai, sama halnya dengan melati yang akan menangis pada hujan yang ia cintai. Manusia pun memiliki tempat ia bersandar, yaitu Tuhan sang Maha Pencipta. Tempat berkeluh kesah, atas segala kepdihan, kesedihan dan kesukaran yang ia hadapi maupun kebahagiaan yang Tuhan berikan padanya.
Bukankah tak ada cinta tanpa pengorbanan? Adakah  kasih sayang tanpa cobaan? Pada dedaunan ia berkaca, semoga tak merubah warna hijaunya. Karena dengan hijau daun itu, ia tetap sadar sebagai melati harus tetap berwarna putih. Jika daun itu tak lagi hijau, menguning atau luruh oleh waktu, kepada siapa ia harus meminta koreksi atas cela dan noda yang seringkali membuatnya tak lagi putih? Maka, melati akan terus berhati-hati membawa diri. Ia akan tetap mawas diri dan menyadari kodratnya adalah melati. Dan haruslah tetap menjadi melati. Dan manusia seharusnya mencontohi sifat melati yang satu ini. Meminta pendapat akan diri sendiri pada orang lain, tidak merasa yang paling hebat. Menyadari kodrat manusia, sebagai makhluk tuhan yang sempurna namun tidak sempurna. Karena, satu-satunya yang sempurna adala tuhan. Selama ia tetap menjadi manusia, ia akan tetap menjadi manusia.
Pada bunga lain ia bersahabat. Bersama bahu membahu menserikan alam, tak ada persaingan, tak ada perlombaan menjadi yang tercantik karena masing-masing memahami tugas dan peranannya. Melati tak pernah iri menjadi mawar, dahlia, anggrek atau lili, begitu juga sebaliknya. Dan satu lagi dari melati yang dapat kita tiru. Bersahabat dengan orang lain tanpa memandang siapa dia. Saling bahu membahu dalam melestarikan alam. Tidak saling bersaing akan kehidupan fana yang sementara. Tak seharusnya adanya saling lomba siapa yang terhebat, siapa yang tercantik dan lain sebagainya, karena setiap manusia memiliki potensinya masing-masing. Tidak memiliki rasa iri terhadap orang yanh lebih memiliki dari pada yang kita miliki.

Dari makna dan filosofi melati diatas dapatlah kita menangkap isinya dan mencoba untuk menjalani kehidupan seperti sang melati.

5 komentar:

  1. terima kasih telah berbagi ilmu
    have a great day and God bless you always
    Thanks alot

    BalasHapus
  2. There are many website who are famous for Gift delivery website in Indonesia is the best way to save timing. They give us huge numbers of varieties. I like the way you written the post.Thanks for sharing such a nice post...

    bunga untuk pernikahan (^ _ ^)
    hadiah ulang tahun (=^.^=)

    BalasHapus
  3. Keren, sangat menyentuh, terimakasih atas filosofinya

    BalasHapus
  4. terima kasih atas pengertian filosofinya, saya sedang mencari ini ketemu yang paling bagus artikelnya.

    BalasHapus